Rabu, 26 September 2012

Sejarah Negara:Kamboja

SEJARAH SINGKAT KAMBOJA Seperti yang tercatat dalam sejarah Khmer, pada awal Masehi, Kaundinya (dipercaya sebagai seorang Brahmana) yang berasal dari India mengalahkan dan menaklukkan pribumi dari Queen Soma, orang yang dia nikahi (Groslier 1962:55), Dilantik sebagai Raja Pertama dari Founan (Funan), Kaundinya memiliki julukan "King of the Mountain" (ibid:53). Pusat dari Founan berada di Delta Mekong paling bawah, tetapi wilayahnya dibatasi oleh bagian Selatan Vietnam, pertengahan Mekong, dan sebagian besar dibatasi oleh Lembah Menam dan Malay Peninsula. Tidak mungkin bias menunjukkan dengan cepat dan tepat ibukota dari Vyadhapura, yang disebut "The Hunter's City." Menjelang pertengahan abad ke-6 sesudah masehi, Founan sedang mengalami kemunduran yang krisis. Chenla, sebuah Negara bagian yang terletak di pertengahan Mekong di wilayah Bassac (bagian Selatan dari Laos sekarang), berada di bawah penguasaan Champa pada akhir abad ke-5 sesudah masehi
. Menurut sejarah T'ang, kira-kira 706 negara dibagi dalam dua Negara bagian. Di Bagian Utara, ada beberapa gunung dan lembah, dan kemudian dikenal sebagai Chenla Kok (Daratan Chenla), menempati bagian bawah dan tengah Laos di wilayah Bassac. Di bagian Selatan, perbatasan laut dan dikelilingi oleh beberapa danau, yang dikenal sebagai Chenla Toeuk (Perairan Chenla), terbentang disepanjang kolam Mekong, dari air terjun Khon sampai ke laut. Jayavarman II (802-850), keturunan dari beberapa dinasti pada abad ke-8, dipercayai telah mengungsi ke Jawa pada saat kekacauan. Tepat pada awal abad ke-9, dia kembali, memerdekakan, dan mempersatukan Chenla. Dia dikenal sebagai penemu dari kerajaan Angkorean. Penyatuan Negara tersebut dimulai sekitar 800 negara, dengan berpusat di danau Tonle Sap. Kamboja dipersamakan oleh Khmer pada akhir abad ke-8, setelah wilayah Mon disepanjang pantai Gulf of Siam juga berada dibawah kendali Khmer. Kerajaan itu bersatu hingga pertengahan abad ke-10. Peradaban pertama dari Chenla adalah banyak candi-candi tiruan, patung, dan prasasti yang didirikan seperti apa yang telah kita ketahui sebagai "Seni dari orang-orang Angkorean sebelumnya." Raja Jayavarman II kemudian menemukan ibukota yang dekat dengan Roluos di provinsi Siem Reap pada awal abad ke-9 (Groslier 1962:91, Coedes 1963:79, Stierlin 1983:17-19). Dari sudut pandang keagamaan, telah dikatakan bahwa semua agama yang ada di Kamboja berasal dari India, yang pertama ajaran Brahmana dan kemudian agama Budha. Dalam waktu yang panjang, ajaran Shiva telah menjadi agama di Negara bagian, sedangkan ajaran Vishnu hanya ada di istana. Bagaimanapun, agama Budha yang diperkenalkan di Asia tenggara selama abad ke-3 sebelum masehi, telah diterima secara luas oleh orang-orang pribumi, dan hidup bersama dengan agama-agama lainnya (Pang 1981:92, Sam 1987:1, Pak Nam 1988:82). Selama masa Angkor sebelumnya, agama Hindu tidak terlalu banyak diketahui masyarakat; hanya pada kelas-kelas penting. Masyarakat menganut garis keturunan animism-budaya tua Mon-Khmer. Peradaban Khmer pada pokoknya berhubungan dengan agama. Candi-candi dengan symbol dari perintah yang bersifat ketuhanan. Jayavarman II sebagai penemu kerajaan Khmer menetapkan kekuasaannya pada sebuah kediaman keagamaan, Lembaga deva Raja atau God-King (raja yang dikenal sebagai Tuhan). Angkor adalah kerajaan yang paling kaya dan jaya pada masa sejarah Khmer. Masa Kejayaannya (sejak abad ke-9 sampai abad ke 15) yang sama bagusnya dengan candi Angkor Vatt, yang dibangun oleh Raja Suryavarman II (1113-1150), dan beberapa seni klasik Khmer yaitu arsitektur, pahatan,kesusastraan,tarian,dan musik. Jayavarman VII (1181-1218) adalah seorang penganut agama Budha, sangat saleh,dan penuh perasaan. Selama masa ini (awal abad ke-12) Mahayana agama Budha memiliki dukungan kerajaan yang kuat dan oleh karena itu bisa menjadi agama yang dianut di Negara bagian untuk pertama-tama. Kemudian, pada awal abad ke-14, Khmer telah berubah menjadi Theravada (Hinayana) agama Budha dan melanjutkan untuk menganutnya sampai sekarang (sam 1987:1). Telah tercatat bahwa selama pada saat itu Jayavarman VII dianggap sebagai Buddha Raja atau "Buddha-King" (Raja yang dikenal sebagai Budha), menggantikan figure yang sebelumnya yaitu Deva Raja (Coedes 1963:98). Jayavarman VII Berjaya pada tahun 1181 dan menetapkan ibukota yang baru yaitu Angkor Thomm, tempat dimana dia membangun candi besar dengan 4 sisi yang dikenal sebagai Bayon. Setelah kematiannya pada tahun 1218, tidak ada lagi pembangunan candi-candi disana. Masa kejayaan itupun berakhir. Dibawah kekuasaan pengganti pertamanya, kekuatan Khmer menurun. Pada tahun 1352 Siamese berhasil merebut Angkor dan mendudukinya sampai tahun 1357. Pada tahun 1430 siamese meluncurkan serangan kedua mereka kepada Angkor, memaksa Khmer untuk menyerahkannya pada tahun 1432 (Delvert 1983:34). Pada masa Lungvek-Oudong (sejak abad ke-15 sampai abad ke-19), yang diikuti dengan salah satu yang tidak dikenal. Setelah keruntuhan Angkor, Negara tidak mampu melawan serangan Siamese, yang mengakibatkan adanya penggabungan provinsi setalah wilayah provinsi Khmer. Sesudah itu, Khmer memindahkan ibukota-ibukota mereka dari waktu ke waktu. Akhirnya, dengan bantuan dari Siamese pada tahun 1846, dan Ang Duong dilantik sebagai raja oleh wakil dari Siam dan Dai Viet (Vietnam). Dia berkuasa sejak tahun 1847 sampai 1860, yang kemudian dia meninggal (Leang 1965:13). Masa keruntuhan (pada abad ke-15 sampai abad ke-19) setelah masa kejayaan Angkor, memperlengkapi kita beberapa seni Khmer. Tidak sampai Raja Ang Duong naik tahta, seni Khmer dihidupkan kembali dan mulai maju kembali. Abad ke-19 dikenal sebagai masa yang sangat penting dan bisa disebut "Masa Renainsanse," untuk pertama kalinya setelah keruntuhan kerajaan, yang diatur oleh raja yang terdidik dan matang. Raja Ang Duong melanjutkan pendidikan dan bekerja untuk mengatur ulang infrastruktur Negara (Leang 1965:72, Ly 1969:83). Dibawah masa Oudong, ibukota dipindahkan di bagian belakang kota sekarang. Kota Phnom Penh didirikan pada pertemuan empat sungai Mekong, yang kemudian dikenal sebagai Chaktomouk, yang berarti "empat sisi", setelah masa tersebut diberi nama. Selama masa Chaktomouk sejak tahun 1864-1953 Kamboja berada di bawah perlindungan Prancis. Kerajaan Khmer, dipimpin oleh pangeran Norodom Sihanouk memerintah Kamboja sampai 18 Maret 1970 yang pada saat itu Pemerintahan dipimpin oleh Marshal Lon Nol menggulingkan kerajaan dan memerintah Kamboja sampai 17 April 1975 yang ketika itu direbut oleh Khmer Rouge dibawah pimpinan Pol Pot sampai 7 januari 1979. Khmer Rouge dipecat oleh orang-orang Republik sosialis-komunis dari Kampuchea dibawah kekuasaan Heng Samrin. Pada tanggal 21 Oktober 1991, Perjanjian damai ditandatangani oleh orang-orang dalam partai politik perang di Paris, yang menghasilkan pemilihan nasional pada tahun 1993 dibawah dukungan United Nations Transitional Authority in Cambodia (UNTAC). Setelah pemilihan pada tahun 1993, Kamboja menganut konstitusi yang baru, yang institusi sebelumnya adalah Sisitem Kerajaan yang dipimpin oleh Norodom Sihanouk sebagai raja dari Kamboja. Dibawah pemerintahan Khmer Rouge (1975-1979), Kamboja masuk ke dalam sebuah julukan "Hell on Earth." Hampir dua juta orang Khmer dibunuh atau meninggal karena penyiksaan, kelaparan, dan penyakit. Rezim Radikal Khmer Rouge menghancurkan yayasan Khmer. Mereka menyebabkan kebodohan, kecurigaan, demoralisasi, dan kemiskinan. Setelah tahun 1979, budaya Khmer telah dihidupkan kembali hingga saat ini. Para Artis datang beramai-ramai, berkelompok, dan bekerja keras untuk membangun kembali kekuatan budaya mereka. Institusi budaya dibuka kembali dan keterampilan seniman Khmer dipelajari kembali. Mereka telah berusaha untuk bangkit kembali, menjaga, memelihara, dan mempromosikan budaya Khmer. Beberapa tradisi yang telah mati, yaitu sbaek poar (berbau kewayangan), ikhaon ape (teater ape), ikhaon pol srey (teater naratif wanita), dan ikhaon ken (teater suara) telah bangkit kembali. Mereka juga berusaha untuk membuat program-program untuk mendukung budaya yang telah ada, festifal, publikasi, rekaman, wisata, dan kontak budaya. MUSIK KAMBOJA Musik Khmer dikatakan telah ditemukan sendiri dari empat kekuatan yang berpengaruh: penduduk pribumi Khmer sebelum datangnya budaya-budaya asing, kemudian diikuti oleh Indian, kemudian cina, dan yang terakhir dari budaya Eropa. Manifestasi India bisa dilihat pada agama: Ajaran Brahmana, Hindu, dan Budha; pada literature: seperti Ramayana; dan pada music, shawms dan gendang dua sisi berbentuk barrel. Pengaruh dari Cina bisa dilihat seperti berbentuk biola yang memiliki dua senar, drum, dan simbal. Sedangkan perwujudan budaya Eropa sperti notasi musik dan alat-alat musik. Berbicara masalah music, Kamboja memiliki jenis music yang beragam, perbedaannya hanya antara Khmer atau kadang-kadang dari Khmer Kandal yang berarti "Middle Khmer" dan beberapa kebangsaan atau beberapa keompok etnik yang minoritas. Peradaban Khmer mencapai puncaknya pada masa Angkor, sejak abad ke-19. Dalam kekompleksannya, ada beberapa budaya yang besar, symbol, dan penyatuan beberapa budaya. Melukiskan pada diinding di sekitar candi-candi di daerah Angkor, kita dapat melihat tokoh seperti apsara (bidadari surgawi atau penari), dengan alat-alat music yang bervariasi, yaitu pin (harp yang kalihatan tulangnya), memm (bowed monochord), khsae muoy (music haluan atau plucked monochord), sralai (bambu yang berlipat empat atau oboe), korng (gong), chhing (simbal kecil), sampho (gendang barel dua sisi), skor yol (gendang barel yang digantung), dan skor thomm (gendang dua sisi yang besar). Instrumen pada musik Khmer dan system nada pada ansambel adalah sama dengan yang di sajikan pada relief Angkor.sehingga kita mempunyai alas an mempercayai bentuk musikal dari Khmer kuno. Terdapat beberapa ansambel musik di Kamboja, yaitu: arakk ( penyembahan kepada roh), kar (perkawinan), yike (teater rakyat asli muslim), dan basakk (teater asli orang cina). Ansambel ini jarang diperdengarkan, dan selalu ditampilkan pada acara penyembahan kepada roh, perkawinan, pemakaman, atau tari dan teater. Instrumen ini meliputi: terompet, sangkakala, suling, flute, shawm, alat musik gesek, dulcimer, zither, lute, xilofon, gong , simbal,dan drum.Pencipta alat musik mereka tidak diketahui. Secara tradisional, beberapa komposisi tidak ditulis, tetapi diturunkan secara oral. Musik Khmer bertahan pada stratifikasi polifoni dan berdasarkan tangga nada pentatonic (lima nada), namun heptatonik (tujuh nada) tidak digunakan. Hiasan atau ornamentasi adalah karakter musik Khmer.Musisi yang memainkan memiliki melodi sendiri dalam pikirannya. Musik Khmer aspek penting pada kehidupan dan kebudayaan Khmer. Musik melambangkan sejarah, masyarakat, kesenian, adapt istiadat ,dan kebudayaan Kamboja. Musik Khmer mempunyai fungsi ganda; sebagai ritual dan hiburan. Yang pertama, musik memiliki kekuatan untuk memanggil roh. Dan membangkitkan imajinasi pendengar. Musik mengiringi setiap aspek bangsa Khmer sejak masa lampau. Musik mencerminkan jiwa dan karakter Khmer. Di Kamboja, satu-satunya institusi yang menyediakan pendidikan formal dalam musik adalah RoyalUniversity of Fine Arts di Phnom Penh. Disamping itu, musik diturunkan oleh gurunya secara formal pada waktu yang tidak formal, kebanyakan pada keluarga musisi. Sesungguhnya, setiap desa memiliki ansambel musik. Musisi wanita jarang ditemukan, vokalis wanita adalah hal yang biasa. Sistem Tuning Pada buku ini, penetapan syarat pembagian "nada dengan jarak yang sama" berhubungan dengan jarak tujuh nada system oktaf. Kata "kunci" menunjukkan tinggi rendahnya bunyi perkusi dan gong atau seperti penjarian tidak selalu seperti musik barat. Konsep dan pernyataan "interval equidistant" di Khmer atau Asia Tenggara. Tidak dapat dijadikan teori khayalan musik Khmer. Dapatkah seorang musisi memulai karya musik pada berbagai kunci-dasar teoretikal equidistant. Musisi Khmer yang memainkan ansambel, memulai dan mengakhiri karya musik pada tinggi rendah nya nada yang telah ditetapkan sebelumnya. Bentuk yang dihasilkan bukan sebuah trasposisi yang sama dengan tinggi rendah bunyi asli namun kenyataan nya dengan bentuk yang lain. Ketika memainkan musik di kunci yang tidak tepat adalah seperti bahasa Khmer yang diucapkan dengan bahasa Cina atau Vietnam dengan aksen yang kuat. Equidistant adalah teori dan system. Setiap musisi Khmer memiliki system pengaturan nada sendiri ketika mengatur nada • Ketika mengatur nada, seorang pemain mencoba bermain tingkat kelima dengan baik. Musisi Khmer mengatur nada pada instrument yang menggunakan empat dan lima, dan oktaf yang sempurna. • Penyanyi khmer tidak menyanyikan interval equidistant. • Ada semacam "kunci yang salah" pada musik Khmer, bertentangan dengan konsep dan teori equidistant. Memakai bagian musik dengan kunci yang salah akan membuat sralai pada situasi yang memalukan. • Yang menarik, musi Khmer dapat dimainkan instrument musik barat dengan tingkat kepuasan. Terdapat ansambel musik modern dan popular di kenal sebagai mohori samai, menggunakan instrument seperti biola, banjo dan mandolin, gitar dan akordion. Singkatnya, ketika penyanyi tidak memainkan interval equidistant, alat musik contohnya: sralai, tidak dibentuk untuk menghasilkan interval equidistant. Musik Barat digunakan untuk memainkan musik Khmer tidak tepat dalam menghasilkan interval equidistant, dan musisi tidak bias memulai disembarang kunci pada musik Khmer. Tangga Nada Musik Khmer Berlandaskan pada dua tangga nada utama: pentatonik lima nada, dan heptatonik tujuh nada. Tidak ada syarat pada tangga nada Khmer sampai sekarang, ketika kaum terpelajar dan peneliti mulai tertarik pada hal ini. Pada penjelasan tentang rekaman bunyi Sebuah kumpulan Musikal Asli: Kamboja, Danielou mengungkapkan tangga nada Khmer untuk mendukung teorinya: • Dia percaya Khmer memiliki tangga nada ghandara-grama dari India. • Dia menyarankan Khmer memiliki sebuah tangga nada setengah nada tanpa interval kelima dan keempat augmented. • Dia berpikir Khmer meminjan tangga nada China. • Tangga nada Khmer bersifat heptatonik (equidistant). • Pada saat ini, dia melihat Khmer memiliki dua tangga nada,pentatonic dan heptatonik berdasarkan tangga nada China. • Dia membagi komposisi Khmer kedalam :kuno" dan "modern". Memasuki bahan pembuatannya, ada dua tangga nada pentatonik anhemitonik dan heptatonik. Dalam konteks pinn peat, tangga nada berdasarkan kunci G (diperkirakan berdasarrkan kunci Barat), ditekanan warna bagian terakhir. Sistem Seperti tangga nada, tidak ada cara yang pasti, dan musisi Khmer tidak mengungkapkan secara lisan. Sangat suah untuk bertanya kepada musisi Khmer system apyang digunakan. Secara keseluruhan, system Khmer dapat diciptakan, termasuk kedalam parameter dibawah ini: • Sistem tidak dapat dipisahkan dari tangga nada, pusat tinggi rendah nada, contohnya, G konstan (dalam tangga nada G) semua adalah final (termasuk G itu sendiri). • Sistem, dikenali bergantung pada finalnya dalam hubungan prinsip tinggi rendahnya nada. • Pada bidang ini, tangga nada adalah echelle generale, sistemnya gamme particuliere. • Karena system berdasarkan kepada final yang berbeda menunjukkan struktur yang masing-masing berbeda disetiap system. • Sisitem Khmer di identifikasidengan tinggi rendah nya nadafinal. Metabol Pendengar yang tidak tahu musik Khmer mungkin memiliki tanggapan semua bagian musiknya sama. Ini karena pada tingkat tertentu sama. Sebagian besar bagian pinn peat berhubungan pada tangga nada G. Bagaimanapun beberapa bagian seperti Lo dan Rev, menggunakan perubahan metabol pada level nada yang berbeda. Fungsi metabol sama dengan transposisi. Proses metabol musik Khmer mudah. Pertama, tidak mengikut sertakan bagian harmonic dan resolusi terhadap kunci awal dan tonalitas yang ditandai modulasi Barat. Kedua, tidak ada perubahan kunci warna diganti ke tonal baru. Ketiga, level baru sama dengan bagian sebelumnya dengahn syarat dari panjang bagian, progresi nada, dan struktur, kecuali dapat di tunjukkan pada sebuah gerakan melodis yang berbeda. TEMPO DAN RHYTEM Tidak ada tempo tertentu dalam music Khmer. Dalam prakteknya, rhytem alat music tertentu seperti drum mengatur tempo untuk ensambel. Dalam istilah rhythmic, seseorang bisa saja kecewa dengan "irama yang kuat" dan "tekanan."Dengan kata lain, irama yang kuat dari gendang bisa terjadi pada tekanan dari gendang. Rhythmik Khmer yang paling pendek mempunyai paling sedikit delapan pukulan (atau 4/4). Rhythmik dimulai dari irama yang pelan dan kemudian berakhir pada irama yang kuat. Lagu-lagu dikelompokkan sesuai dengan beberapa aturan rhytmik seperti muoy choun, pi choan, dan bey choan. Kemudian lagu tersebut dikenal sebagai Toch Yomm Muoy Choan, Khyal Bakk cheung Phnomm Pi Choan, Chvea Srokk Morn Bey Choan,dll. Ketiga rhytmik dibedakan oleh panjangnya cycle. Setiap rhytmik mempunyai sebuah rhytmik prase dan nuansa yang mencocokkan panjangnya melodi yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar